04 Mei 2011


Diceritakan, pada zaman salaf kita.
 Tersebutlah seorang yang soleh yang selalu melakukan muhasabah.
 Setiap kali keluar rumah, beliau mengisi masing-masing sakunya dengan kerikil putih dan hitam.
 Maksudnya, setiap kali dalam perjalanan atau dalam kesehariannya, jika dia berbuat amal baik atau ketaatan, maka dia memungut kerikil putih lalu diletakkannya di saku kanannya.
 Dan jika pada hari itu berbuat maksiat atau pelanggaran dia akan memasukkan kerikil hitam di saku kirinya.
 
Setelah tiba malam hari, ketika dia sudah tiba di rumahnya.
 Dia keluarkan semua kerikil dari kedua sakunya dan mulai menghitung.
 Jika kerikil putih lebih banyak, dia bersyukur kepada Allah dan bermunajat pada malam itu dan memberikan makanan pada dirinya.
 Tetapi jika kerikil hitam lebih banyak, maka dia berkata: “wahai nafsuku, engkau telah banyak bermaksiat kepada Allah pada hari ini, sebagaimana engkau telah menyusahkan aku, maka malam ini tidak ada makanan untukmu”

Din Dra ▶ OLEHTISME FANS LOVE
Diceritakan, pada zaman salaf kita.
Tersebutlah seorang yang soleh yang selalu melakukan muhasabah.
Setiap kali keluar rumah, beliau mengisi masing-masing sakunya dengan kerikil putih dan hitam.
Maksudnya, setiap kali dalam perjalanan atau dalam kesehariannya, jika dia berbuat amal baik atau ketaatan, maka dia memungut kerikil putih lalu diletakkannya di saku kanannya.
Dan jika pada hari itu berbuat maksiat atau pelanggaran dia akan memasukkan kerikil hitam di saku kirinya.

Setelah tiba malam hari, ketika dia sudah tiba di rumahnya.
Dia keluarkan semua kerikil dari kedua sakunya dan mulai menghitung.
Jika kerikil putih lebih banyak, dia bersyukur kepada Allah dan bermunajat pada malam itu dan memberikan makanan pada dirinya.
Tetapi jika kerikil hitam lebih banyak, maka dia berkata: "wahai nafsuku, engkau telah banyak bermaksiat kepada Allah pada hari ini, sebagaimana engkau telah menyusahkan aku, maka malam ini tidak ada makanan untukmu".
Dan malam itu dilaluinya tanpa menyantap makanan sedikitpun, demi memberikan pelajaran (mujahadah) pada nafsunya.


Inilah gambaran hamba yang berakal, yang cerdik menurut Rasulullah SAW, sebagaimana sabdanya (yang artinya):

"Orang yang berakal adalah yang menghisab dirinya dan beramal (di dunia) untuk persiapan setelah kematian, sedang orang yang lemah (dungu) adalah yang memperturutkan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah" (Al Hadits.)


Apapun yang terjadi pada hari ini dan kemarin yang telah berlalu, hendaknya kita jadikan sebagai pelajaran berharga.
Jangan sampai kejadian memalukan yang telah dilakukan pada sehari ini atau kemarin, kembali terulang di esok hari.

Jadilah manusia yang makin bertambah usianya bertambah pula amal ibadah dan kedekatannya kepada Allah.
Jangan sebaliknya, makin bertambah umur justru makin terjerumus dalam jurang kebinasaan.
Na'udzu billah min dzalik.


☺□■☺
▂▃▄▃▂☺▂▃▄▃▂

OLEHTISME adalah JIWAKU
FANS LOVE adalah SIFATKU
ANKER adalah salam PERSAHABATANKU
BAHAGIA "SELAMANYA" adalah TUJUAN HIDUPKU


Ξ▓Ξ
Ξ▓Ξsalam "ANKER" ~⊙≈☺≈⊙~.

▂▃▄▃▂☺▂▃▄▃▂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar