06 Mei 2011

PERANG MELAWAN NAFSU 


Ketika pulang dari peperangan yang dahsyat, yakni perang Badar, tiba –tiba Nabi Muhammad SAW mengatakan sesuatu yang luar biasa aneh ditelinga para sahabatnya.

Nabi mengatakan bahwa kita baru saja pulang dari peperangan yang kecil dan menuju ke peperangan yang sangat besar.

Karena kedengaran aneh dan mengagetkan, para sahabatpun kemudian bertanya, adakah peperangan lain yang sedang menunggu kita yang lebih besar dari peperangan yang baru saja kita lalui wahai Nabi?.
Ya, jawab Nabi dengan tenang, yaitu perang melawan hawa nafsu.

Seklumit cerita Nabi bersama para sahabatnya yang baru saja melakoni peperangan Badar yang sangat dahsyat tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa hawa nafsu itu sesungguhnya merupakan musuh nomor wahid bagi kita semua.

Bagaimana tidak, cukup banyak contoh nyata bagaimana seorang raja, presiden, dan para pemimpin tertinggi menjadi terperosok bukan dikarenakan kelemahan pasukan yang dimiliki, tetapi lebih disebabkan karena umbaran hawa nafsu.

Berbagai macam nafsu jahat dapat saja menghinggapi setiap orang, tidak pandang apakah ia sebagai orang terhormat ataupun orang bisa.

Nafsu semacam ingin menguasai sesuatu meskipun bukan haknya, ingin meraih sesuatu meskipun harus menyakitkan pihak lain, ingin memperoleh kepuasan meskipun melanggar norma agama, dan keinginan-keinginan lain yang sesunggunya tidak pada tempatnya, kalau dipaksakan akan membuat hati, pikiran dan nurani kita tidak akan tenang.

Nafsu serakah, misalnya justru akan meruntuhkan pemiliknya kedalam jurang yang sangat dalam dan sulit untuk bangkit kembali.

Kita bisa melihat betapa banyak orang hebat yang karena keserakahannya, kemudian menjadi terpuruk, kita juga dapat menyaksikan kisah para pembesar yang hanya karena nafsu biologisnya, kemudian menjadi jatuh dan sulit untuk bangkit kembanli.

Demikian pula kita dapat melihat betapa banyak orang kuat yang kemudian terjatuh bukan karena apa-apa, tetapi semata-mata hanya karena kesombongan dan kebengisannya, dan masih banyak lagi contoh betapa nafsu itu akan dapat membawa pemiliknya menjadi terpuruk dan hina.

Apabila nafsu jahat telah merasuk kedalam diri seseorang, maka jalan apapun tentu akan ditempuhnya dan sudah tidak lagi memikirkan akibat yang akan dipikulnya dikemudian hari.

Ia tidak lagi mempertimbangkan akal sehat, hati nurani dan bahkan moral agama.

Seluruh pikiran dan hatinya telah tertutupi oleh nafsu jahat tersebut.

Karena itulah agama kita selalu mengajarkan untuk bersikap tawaadlu\\\', qana\\\'ah, banyak beristighfar, dan perbuatan terpuji lainnya, agar hati, pikiran dan nurani kita menjadi bersih dan dibimbing oleh taufiq dan hidayah Tuhan.

Suatu rumah tangga yang dihuni oleh orang yang memelihara hawa nafsu madzmumah ini, akan tidak mampu membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan.

Keributan dan cekcok antar penghuninya akan selalu menghiasi setiap harinya.

Saling tuduh dan curiga selalu akan muncul dan bahkan barangkali keretakan dan sampai bubarnya ikatan rumah tangga akan terjadi.

Suasana dalam rumah tangga tersebut dapat dipastikan bagaikan neraka saja.

Demikian juga negara dalam sekup yang lebih luas, apabila para pemimpinnya memelihara hawa nafsu ini, dapat dipastikan bahwa kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan yang menjadi tujuan utama tidak mungkin akan tercapai.

Jelas bahwa kalau para pemimpin selalu ingin menguasai, serakah, dan tamak, tentu korupsi tidak mungkin terhindarkan demi memenuhi nafsunya tersebut.

Demikian juga kolusi untuk memendam kebusukannya juga akan marak, nepotisme juga akan menjadi subur untuk melestarikan kekuasaannya, yang pada ujungnya rakyatlah yang akan menanggung akibatnya.

Sungguh luar biasa akibat yang ditimbukan hawa nafsu tersebut.

Barangkali sebab utama yang menjadikan negeri kita yang sesungguhnya subur makmur gemah ripah loh jinawi ini menjadi compang camping seperti kondisi saat ini ialah karena mental sebagian "besar" para pemimpinnya masih memelihara makhluk yang bernama nafsu ini.

Banyaknya kepala daerah, anggota dewan yang seharusnya terhormat, dan pejabat-pejabat publik lainnya yang terbukti melakukan korupsi cukup menjadi bukti bahwa memang nafsu ini sangat jahat dan menyengsarakan.

Bahkan yang lebih tragis lagi ialah bahwa sumbangan yang sesungguhnya diperuntukkan kepada mereka yang sedang mengalami musibahpun kadang-kadang masih dikemplang.

Ini bak peribahasa memancing di air keruh.

Kondisi orang yang sedang susah malah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

Mereka tidak lagi peduli dengan aspek kemanusiaan, yang ia pentingkan ialah bagaimana dapat mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, meskipun harus membuat orang lain menderita.

Ini sungguh mengerikan dan tentu mereka yang melakukannya sudah tidak punya hati nurani sama sekali.

Biasanya mereka yang memelihara nafsu ini, kemudian enggan untuk kembali ke jalan yang benar.

Artinya untuk mengakui kesalahan yang dilakukannya saja susah dan bahkan tidak mau.

Malah kadang-kadang mencari cari kesalahan pihak lain untuk dijadikan korban dan kambing hitam.

Celakanya sebagian para punggawa yang mendapat amanat sebagai penegak hukum, termasuk para polisi, jaksa, hakim, dan para advokad yang seharusnya menegakkan kebenaran demi kejayaan hukum, ternyata juga memelihara nafsu ini.
kloplah sudah kerusakan dan ketidak pastian penegakan hukum di negeri ini, dan cita-cita untuk menjadikan hukum sebagai mahkota tertinggi menjadi hanya angan-angan belaka.

Bahkan mereka para rakyat biasa mungkin saat ini sudah frustasi untuk menangkap dan mendapatkan makhluk yang bernama"keadilan" .

Kalau sudah begini tentunya semua pihak semestinya memulai dan sekaligus menyadari, untuk mawas dan meninggalkan nafsu tersebut, tentunya diawali dari para pemimpin dan tokoh yang mempunyai pengaruh di negeri ini.

Kita yakin harapan untuk bangkit dan menjadi sejahtera bersama-sama tentu masih terbuka.

Tetapi kalau nafsu yang merusak tersebut belum dibuang jauh-jauh dari hati, dan pikiran para tokoh dan pemimpin negeri ini, maka jangan berharap banyak bahwa keinginan baik tersebut akan bisa terwujud.
Malah sebaliknya dalam beberapa tahun kedepan justru akan semakin terpuruk dan kesengsaraanlah yang akan bergumul dengan masyarakat.
Karena itu yang terakhir barangkali perlu diingatkan bahwa makhluk yang bernama nafsu itu memang harus kita jadikan musuh utama, dan jangan sekalipun kita terlena.
Kita harus mengumandangkan jihad dan perang melawan nafsu setiap saat, dan jangan pernah lelah apalagi berputus asa.
semoga Allah SWT. memberikan kekuatan kepada kita untuk memenangkan peperangan tersebut . amin.

☺□■☺
▂▃▄▃▂☺▂▃▄▃▂

OLEHTISME adalah JIWAKU
FANS LOVE adalah SIFATKU
ANKER adalah salam PERSAHABATANKU
BAHAGIA "SELAMANYA" adalah TUJUAN HIDUPKU


Ξ▓Ξ
Ξ▓Ξsalam "ANKER" ~⊙≈☺≈⊙~.

▂▃▄▃▂☺▂▃▄▃▂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar